disuatu senja kala

Senja telah membuat sang bangau ber-siap2 kembali ke bukit menunggu tengggelamnya mentari.
Kicauan burung tak terdengar lagi, suasana mulai terasa sepi.
Cangkir teh masih mengepul asap aroma melati yang baru dituangkan.
Semuanya terdiam terlarut dalam keheningan senja kala nada.
Pertemuan yang selalu membahas seputar penyakit dan kematian.
Sebuah Simfoni yang tak pernah berubah, yang tak pernah selesai.
Senyuman hambar satu persatu menutupi kebohongan nurani, antara ada dan tiada.
Uban di poles cat warna, kulit keriput dibalut satin putih, namun mata tetap sembab.
Dalam usiamu yang senja engkau menunggu datangnya sang malam dalam sandiwara bagaikan layang2 yang terbang ditiup angin kesana kemari tanpa arah. Batinmu hancur hati patah karena cinta telah dinodai. Cintamu telah mati ditelan dendam yang berkepanjangan.
Senja sebentar lagi akan berlalu, engkau menunggu dan berharap sandiwara ini akan segera berahkir, lalu engkau akan melepaskan semuanya dengan tidur panjang dalam damai.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Comments are closed.