Keluhan seekor Pecuk

Ketika hari mulai temaram, teman2ku pulang ke sarangnya masing2
mereka sepanjang hari bergembira bersama mencari ikan di danau bebas terbang kesana kemari.  aku… sepanjang hari sendirian bertengger di sebatang pipa besi kakiku diikat, aku tidak bisa terbang aku hanya duduk, berdiri dan menunggu.

Sinar bulan tidak terlihat disungai Tao Hua yang keruh, namun
setiap hari apabila musim semi tiba aku selalu bersama tuanku bersampan disepanjang sungai itu,  sungai yang malam hari selalu ramai dikunjungi pelancong.

Aku sudah berada dalam perangkap tuanku cukup lama,  rasanya tersiksa sekali.
Leherku diikat pakai cincin besi,  kakiku diikat pakai tali,  aku disuruh nyemplung kedalam sungai untuk menangkap ikan yang bergerombol disekitar sampan.  Kadang kala perutku lapar ingin rasanya menelan ikan2 itu tapi apa daya leherku telah di pasang cincin,  aku tak bisa menelan hanya kusimpan dimulutku,  namun tuanku segera mengambilnya. Aku ingin lari namun kakiku juga telah diikat sehingga aku tidak bisa jauh dari sampan.

Pekerjaan ini kulakukan tiada henti2nya salama pelancong masih berhenti dan mematikan motor kapal botnya dekat sampan,  mereka  melihat aku membawa ikan berkali-kali dalam mulutku dan diambil oleh tuanku.  Mereka begitu kagum katanya sebagian juga mengatakan bahwa cara tuanku mendapatkan ikan sangatlah  unik dan mempesona.

Aku tidak menghiraukan mereka,  kerjaku menyelam , menangkap ikan , simpan dimulut , terbang ke sampan dan diambil tuanku . Aku lelah tapi tuanku tidak menghiraukan, sebelum keranjang rotannya  penuh aku tidak boleh berhenti bekerja.
Aku mendengar mereka mengatakan bahwa ini adalah kerja sama yang baik dan menguntungkan antara dua makluk yang berbeda yaitu manusia dan hewan.

Aku bertanya, apa keuntunganku ? kalau tuanku jelas bisa memperoleh uang dari menjual ikan dan bisa bebas membeli apapun yang dia mau,  sedangkan aku mendapat keuntungan apa?  aku diperlakukan tidak adil !!!sungguh tidak adil.

Aku berpikir manusia telah ditakdirkan sebagai makhluk Tuhan yang sangat sempurna memiliki kepandaian yang luar biasa.  Namun kadangkala mereka tidak memiliki nurani, tidak peka terhadap alam sekitarnya.  Manusia hanya memikirkan dirinya, tamak, dan memanfaatkan aku untuk mendapatkan keuntungan yang se-besar2nya,  tanpa memikirkan keadaanku.

Begitulah sifat manusia yang serakah tidak mempunyai rasa kasih sayang.  Aku berdoa suatu saat nanti apabila dunia ini berubah kiranya tuanku akan merasakan apa yg dia lakukan terhadap aku. Wahai manusia apabila kamu menanam benih yang baik, maka kamu akan menuai hasil yang baik pula.

This entry was posted in aneka sari. Bookmark the permalink.

Comments are closed.