sudah saatnya

sungai aare yang biru bening dan mempesona
angin sepoi sepoi bertiup dari selatan
sampan di tepian sungai terombang ambing oleh arus air
lambaian tangan mu terlihat jauh disana di dalam derasnya arus
bagaikan setangkai kayu kering yang terhanyut mengikuti aliran air
engkau pergi bersama birunya air sungai yang mengalir terus dan tak pernah balik
cerita duka telah engkau patri diatas bebatuan
sungai aare telah menelan mu masuk ke dalam perut nya yang terdalam
bersama angin bersama daun bersama batu kini engkau telah menyatu
tangisan pilu ayah bunda merana bersedih namun tak berdaya
alam telah mengatur pesta perpisahan nan indah
karena telah tiba saat nya
dalam kegaluhan hati tak terperi, hanya lagu seruling bambu pelipur lara

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Comments are closed.