Marini

Tak kuasa aku menahan air mata, mengalir dan mengalir terus
Kabar duka datang siang tadi, jantung ber-debar2 tidak sanggup mengatakan apa2
mulut terasa terkatup.
Betapa ganasnya kau corona hanya dalam waktu yang singkat engkau telah merenggut nyawanya
Engkau begitu ganas dan sadis, tidak perduli kepada siapapun baik miskin, baik kaya, tua atau muda
besar kecil, kalau engkau dapati ruang kelemahan masing2 individu, engkau lalu menyerang
entah apa senjatamu yang mematikan itu sampai saat ini tiada seorang pun yang tau.
Kenyataan ini harus diterima karena siapa kah kami, kehendakMu Tuhan yang jadi.
Jasadmu tak didandani selayak orang2 yang meninggal , tetapi jasadmu hanya dibungkus
sehelai selimut dan di masukan kedalam petih dan disegel, semua karena prokes corona.
Tiada sanak saudara, tiada handai tolan yang menghantarmu ke peristirahatan terahkir.
Engkau di masukan kedalam liang bumi dalam keheningan sunyi senyap tiada iringan doa dan air mata
Tiada mawar melati, kemboja, yang ditabur diatas pusaramu, yang ada hanya tanah2 merah dan kerikil2 kecil
Marini ahkirnya Tuhan memanggilmu pulang, sebagaimana engkau datang dalam kesederhanaan begitu
pula engkau pulang demikian.
Engkau tinggalkan buah hatimu pergi untuk se-lama2nya, selamat jalan Marini semoga engkau diterima disisi
Tuhan YME dan semoga dosa2mu diampuni.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Comments are closed.