Hari masih siang kira2 pukul dua, namun langit begitu gelap tiba2 hujan deras disertai angin badai yang kencang halilintar menyambar kiri kanan, suara gemuruh petir yang membuat merinding.
Aku sedang menyiapkan penganan untuk jajan sambil ngeteh disore nanti,
tiba2 Bapak masuk dan membuatku kaget loh kok jam segini bapak sudah pulang?
aku bertanya sambil tanganku masih memegang teko untuk masak air.
Bapak tidak bicara satu katapun sambil berlalu masuk dan duduk diruang tamu.
Aku kemudian melanjutkan pekerjaanku.
Aduh ! seru aku dari dapur sekarang cuaca sangat buruk ya, mungkin alam sudah tidak mau bersahabat lagi dengan manusia.
Ku tengok ke ruang tamu Bapak masih duduk diam, beliau tidak perduli atau tidak mendengar keluhanku dari dapur.
Seruling dari ketel tanda air mendidih dan matang telah melengking, saatnya kubuatkan seduhan teh tubruk untuk bapak, sementara penganan singkongpun telah matang.
Pak, jangan diam saja dari tadi diajak ngomong gak nyahut ini teh dan kue singkong silahkan disantap.
Tiba2 bapak memandang aku dengan tetesan air mata yang tumpah ke pipinya, kaget sungguh aku sangat kaget karena bapakku seorang yang kekar, pensiunan tentara pada jaman belanda, orangnya tegas, kok tiba2 bisa berubah begini? aku bertanya dalam hati.
Sini nak duduk bapak pingin cicipin kue singkongmu, sambil makan aku memberanikan diri bertanya pak, kok bapak nangis ada apa? ada masalah? nggak kok nak, bapak gak ada masalah apa2 bapak hanya terharu jawabnya. Loh terharu memang ada apa? gini nak bapak terharu tadi pada saat nonton TV melihat bapak presiden kita pidato dan bersedih, beliau terharu karena pidatonya sendiri, makanya bapak juga ikut2an terharu… ya ampunnnn bapak ada2 aja, waktu paman dulu adik bapak mengalami musibah di wasior rumahnya hanyut istrinya meninggal bapak tidak terharu katanya sudah nasib, hanya melihat bapak presiden terharu karena pidatonya, dapat membuat bapak bisa ikutan terharu hebat banget ya pengaruhnya ke bapak, aku masih geleng2 kepala tak percaya melihat kejadian ini.
ya wes nduk bapak saiki arep adus ndisik, sambil jalan ..
Aku tetap berdiri terpaku antara percaya dan tidak atas perilaku bapakku tadi.