Asa di Trawas

Jalan raya Slepi yang sepi menjadi rame semalamTiada bulan tiada bintang langit gelap dibungkus awan hitam

Di situ di puncak gunung itu kita bertemu dan berkumpul

Dalam ruangan orang-orang tertawa, tepuk tangan, mendengar pidato politik sebagai bagian dari dialektik perjuangan.

Udara dingin diluar sana seakan menjadi panas karena kobaran semangat yang ber-api2

Wajah-wajah sang generasi yang mewarisi darah perjuangan leluhur terhanyut dalam emosi.

Untuk sesaat dalam ruangan semua menjadi kawan, semua menjadi saudara, semua merasa satu semangat, satu perjuangan, untuk suatu tujuan.

Larut malam di Trawas membawa renunganku dalam harapan, untuk tetap bersatu dalam perjuangan tidak saling menjatuhkan dengan mencari simpati dan menjelekkan kawan, mau merendah hati mengakui dan memuji kebolehan lawan.

Bergandeng tangan melangkah bersama menuju suatu cita-cita luhur

Dan dengan ihklas berani mengatakan kalau  menang alhamdulillah!! kalau kalah alhamdulillah!!!

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.