Tanpa disadari seruling masih saja engkau tiup
Nada-nada yang engkau nyanyikan sepanjang musim
Dibawah rindangnya beringin tua yang biasanya tempat engkau berteduh, dan kini telah tumbuh tunas tunas nan pesona.
Batang beringin yang tua pelan pelan terkelupas dan akan kering.
Musim berubah tiada menentu roda dunia masih saja berputar mengelilingi porosnya.
Kokok ayam setiap pagi membangunkanmu untuk
mengail rezeki menerobos hutan belukar
nan berduri.
Seruling bambumu semakin lama semakin usang,
nada yang terdengar merdu dan sendu
silih berganti.
Dipersimpangan dua jalan yang tidak menentu,
mengambil keputusan berisiko mati atau hidup
untuk dilalui.
Seruling bambu terus engkau tiup berkumandang
dibawah angin terdengar diseantero jagat raya.
Nada-nadanya berganti mengikuti irama langkah alunan suara untuk dipersembahkan kepada siapa yang menikmatinya.
Hingga nanti pada saatnya engkau tersadar bahwa
bukan dari seruling bambu yang ditiup tetapi
siulan dari bambu yang retak dan semuanya akan sia-sia.