Dalam Renungan

Tetesan air mata yang tertumpah entah berapa banyak
Mengalir membasahi pipi
Duduk merenung seorang diri dalam kegaduhan hati yang terkoyak
mengapa tidak dapat memaafkan diri sendiri
Dan terlena dalam kepedihan yang tak berujung
seribu langkah masih tetap kau tempuh
membawa luka yang tak terobati
lakon sandiwara belum selesai
selama napas masih di beri
tak sanggup melupakan semua kepedihan yang telah terjadi
lalu di anggap tak bersyukur
penyesalan bukanlah jawaban terahkir
Karena suara burung masih tetap berkicau setiap pagi
Mentari yang tidak pernah terlambat bersinar
bulan masih tetap menerangi malam kelam
tetapi mengapa tidak pernah sadar
Bahwa hidup ini haruslah menjadi saluran berkat bukan menjadi beban
kepada yang lain .
Agar kau bahagia gapailah dia karena dia ada didalam sanumbarimu
Peganglah erat dan jangan biarkan dia pergi jauh

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.