mengapai kebahagiaan dengan tidak henti2nya berusaha untuk mendapatinya
ambisi dan kesombongan menguasai ahlak dan raga
sehingga nalar telah terkalahkan
keinginan yang tak pernah berkesudahan selama masih di beri napas
tidak pernah menyadari akan berkat dan karunia yang sudah di dapatinya
pabila saat tiba waktunya ketika tubuh telah lemah dan tak berdaya
disitu baru engkau menyerah dan pasrah menyadari akan keterbatasanmu
sebagai manusia
diatas ranjang tubuhmu menjulur diam dan membisu dengan mata yang terpenjam, masih ada kah tetesan air yang keluar dari matamu? entahlah
dalam keheningan sunyi sepi saat ini , baru menyadari bahwa semua keinginan semua kesombongan semua ambisi adalah sia sia
ahkirnya Tuhan memanggilmu
dalam waktu sekejap tubuhmu telah menyatu kembali dengan bumi
lalu semuanya hilang lenyap
itulah manusia yang sia sia.