Memandang ketelaga bening sunyi sepi dalam keheningan
tidak terdengar suara nyanyian burung dan para sahabatnya
tujuh purnama menanti berita yang tak kunjung tiba
hembusan angin mengoda lamunan ini, seakan menyapa sedang apa disini
wahai angin tahu kah engkau dimana dia berada, tidak ada jawaban
kutanya rembulan dimana kah dia berada tak ada jawaban
ku bertanya ke kanan dan ke kiri hampa tiada yang perduli
Semakin lama semakin hanyut dalam ketidak pastian
angin bertiup semakin kencang, lambaian ilalang seakan mengusir
cepat bergegas cepat tinggalan telaga ini, karena gelap hampir tiba
sang malam sebentar lagi akan muncul membuat hati ini semakin kelam
langit pun sudah tak mau bersahabat, dibiarkan titik2 air turun pelan2
rambut terurai mulai basah tak disadari seluruh wajah pun telah basah
tercampur tetesan air mata yang entah sejak kapan telah tumpah.
Hati yang telah hancur dalam penantian yang tiada berujung
melangkah dan terus melangkah menunggu masih ada hari esok
menanti matahari yang tak pernah ingkar janji untuk besok pagi
akan terbit dan bersinar kembali
sinarnya yang terang akan menghapus malam kelam
yang penuh misteri
dalam pengharapan yakinlah bahwa semua akan indah pada waktunya