Rumah Kopi Wangi

ku pandang padang luas berumput hijau
bermekaran kembang kembang beraneka warna
merah kuning biru unggu
kini, kepompong telah berubah menjadi kupu kupu
bebas terbang kesana kemari, hinggap dari bunga ke bunga
beriang bergembira menikmati sari kehidupan
selama fajar masih merekah dan tiupan angin masih semilir
jangan cemburu
jangan fitnah
jangan iri hati
biarkan mereka menikmati bagiannya sebelum sang bulan muncul
dan kupu kupu malam berebutan.

karena ada gambar wajahmu , dalam cermin
buruk rupa yang terlihat
cermin hanya bisa melihat dari luar, cermin tidak dapat masuk ke dalam sanumbari mu
pandanglah wajah mu dalam cermin lalu coba engkau tersenyum
senyum dapat mencerminkan kerendahan hati dan kasih
senyum dapat membuat engkau terlepas dari luka masa lalu
senyum dapat membuat engkau terlepas dari dendam kesedihan dan kebencian
senyum dapat membuat engkau mengampuni
sebelum angin senja berembus dan bayang bayang menghilang
tersenyum lah selalu maka engkau akan terlepas dari belenggu kehidupan

bara api arang menyala setiap pagi menjelang subuh
gemercik bunga api menari nari ketika angin bertiup
cucuran keringat kepanasan karena berada di dekat mu
engkau adalah tempat arang berubah menjadi debu
jika saja engkau dapat berkata
betapa banyak yang sudah engkau perbuat
kebaikan,
kesetiaan,
pengorbanan,
aku tidak tahu apa yang harus ku katakan
aku hanya dapat membawa tungku masa kecil ku
dalam kenangan yang tak terlupakan.

warnamu mempesona bagai kirmizi
harum semerbak dimana kau berada
kharisma mu melambangkan cinta kasih
membuat setiap kumbang tergoda
indah menarik untuk di sunting
karena keindahan dan keharuman
namun tak disangka dibalik semua itu
engkau sungguh berbisa
durimu dapat melukai siapapun
aku akan berbalik dan tidak menggagumimu
aku hanya ingin memandangmu dari kejauhan
karena engkau selalu menyakiti dan melukai
engkau sekuntum mawar yang penuh duri

kambing hutan betina menunduk kepala ke bumi
sambil mengerang mengeluarkan isi kandungannya
lahirlah sang bayi kambing hutan kecil ke dunia

setelah bayi menjadi dewasa, ia akan pergi jauh
meninggalkan induknya dan tak pernah kembali lagi
perpisahan yang tak dapat dielakkan

sang anak tidak pernah merasa bersalah
sang ibu tidak pernah menyesal telah melahirkannya
semua karena harus demikian kata alam

apa yang terjadi, biar lah terjadi
jangan pernah menuntut, jangan pernah menyesal
kembalilah sadar bahwa kehendak Gusti Allah yang berkuasa

aku memandang ke lautan yang luas
ada secercah sinar lembayung keemasan
angin telah membawa ku singgah ke tepian pantai
senja telah tiba dan matahari akan beristirahat
sebentar lagi bulan akan menggantikannya
aku tak dapat beranjak ku panggil angin namun angin telah berlalu
kini angin malam mulai bertiup
dalam kesunyian nan sepi aku merenung
ternyata aku kini sendiri.

makan angin

makan hati

makan patita

makan darah

makan nangka muda mulut kena getah

makan asam gigi ngilu

makan jengkol mulut bau

makan rawit mulut kepedesan

makan harus melalui mulut

tidak makan kalau tubuh sudah membujur kaku

Aku memandang ke langit bulan besar bulan purnama
sinar ke emasan nya menutupi sekeliling
cahaya bintang yang tidak sebanding, membuat bintang pudar
sayangnya purnama hanya sesaat, karena bumi terus berputar
namun keindahanmu sangat mempesono.
kepala menunduk menyadari aku masih berpijak di bumi.

kelap kelip bagai ribuan kunang kunang menghiasi angkasa

malam kelam terhalau oleh terangnya sinar bintang

kata hati ingin menggapai sejauh mata memandang

namun sayang seribu kali sayang tangan tak sampai

merenung dalam anggan, mengharapkan bintang jatuh

Mata hari bersinar membuat burung burung berkicau
bunga bunga mekar menyebarkan aroma wangi
terkadang matahari bersinar begitu panas
membuat bunga bunga layu, burung burung bersembunyi dalam sarang

aku tak dapat memandang matahari karena sinarnya yang menyilaukan
aku hanya dapat merasakan matahari
betapa bernilainya untuk alam semesta
aku menggagumi matahari karena tak pernah ingkar janji
terbit setiap pagi diufuk timur dan terbenam setiap senja di ufuk barat